Friday, January 4, 2013
Kenikmatan Dunia Mengurangi Kenikmatan Akhirat
Masih segar di telinga kita DPR menolak diperiksa KPK terkait dugaan korupsi. Padahal kalau tidak merasa korupsi kenapa meski takut untuk diperiksa? Korupsi dalam kehidupan dinegara kita memang sudah seperti virus yang telah beranak pinak dan mengakar disetiap relung kehidupan masyarakat. Hingga tanpa dirasa, masing-masing dari kita ‘mungkin’ merasakan dan melakukan korupsi, seperti sogok menyogok di jalan raya, pesakitan dengan jaksa dan hakim, pedagang mengurangi timbangan dll. Hingga masing-masing dari kita telah lupa definisi korupsi.
Bila diangan-angan, heran juga mengapa ketika global warming didengungkan negara kita menyewakan hutan lindung untuk lahan garapan. Dan bukan tidak mungkin orang yang menggarap adalah ‘pemain’ lama di dunia bisnis di Indonesia . Bagi seorang mukmin pasti bertanya, "Kalau makan minum bahkan kehidupan tersier sudah dapat dipenuhi mengapa tetap memperkaya diri dengan merusak lingkungan? Bukankah kekayaan tidak mungkin dibawa mati?" Budaya Tionghoa yang mempercayai kehidupan setelah mati mengirim orang yang mati dengan uang palsu, bukan uang sungguhan. Mengapa begitu tamak memburu harta?
Imam al Ghazali dalam Minhaj al abidin meriwayatkan sebuah hadits
أَنَّ شِدَّةَ سَكَرَاتِ المَوتِ عَلَى قَدْرِ لَذَّةِ الدُّنْيَا فَمَنْ أَكْثَرَ مِنْ هَذِهِ أَكْثَرَ لَهُ مْنْ تِلْكَ
Sesungguhnya beratnya sakaratul maut digantungkan pada kadar nikmat dunia, barangsiapa banyak merasakan nikmat dunia maka semakin beratlah sakaratul maut yang dirasakannya.
Terhadap hadits di atas Allah juga telah memperingatkan dalam surat al Ahqaf ayat 20
...أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاستَمْتَعْتُمْ بَهِا فاليَومَ تُجْزَونَ عَذَابَ الهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِى الأَرْضِ بِغَيْرِ الحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ
"Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik".
Bila berkaca pada dalil di atas, seorang mukmin yang sejati selalu menumbuhkan rasa qanaah sifat menerima apa yang Allah telah berikan karena berdasar tafsir Imam al Ghazali atas ayat tersebut, setiap kenikmatan dunia yang kita rasakan akan mengurangi kenikmatan akhirat nantinya kecuali kenikmatan dunia yang diberikan kepada Nabi Besar Muhammad saw. Kalau kita mengetahui bahwa kehidupan akhirat kekal abadi tanpa ada kematian sementara dunia memiliki ujung pangkal kematian, tentu kita tidak akan mengorbankan kehidupan akhirat demi mendapat dunia.
Meski mendapat uang, mengapa lagi kita harus bertempur mati-matian untuk membela jago pilkada kita. Toh kalau memang pemimpin kita jujur care dengan masyarakat dan kehidupan rakyatnya tidak mungkin membiarkan rakyatnya saling bermusuhan demi jabatannya. Seperti reformasi yang kita dengungkan pada 1998 hingga mengorbankan banyak nyawa ternyata kita hanya memberi kesempatan ular berganti baju saja. Untuk itu semangat berburu kenikmatan ukhrawi harus ditumbuhkan disetiap insan masyarakat indonesia agar tidak lagi mau berbuat apa saja untuk sekedar uang receh sebagai balasannya.
Dalam penjelasannya yang lain Imam al Ghazali menyatakan:
Setiap kehalalan dunia akan dihisab (diperhitungkan amalnya oleh Allah) setiap haramnya dunia akan berakibat adzab Allah dan setiap keindahannya akan berakibat kerusakan.
Maka tak heran bila Rasulullah berharap miskin, digolongkan orang miskin dan bermohon kematian disaat miskin, karena disaat orang kaya masih dihitung hartanya bagaimana dia mendapatkan dan mendistribusikannya, orang miskin berlenggang masuk surga karena tidak ada yang dihitung karena memang tidak memiliki apa-apa.
Karena itu pula Rasulullah berpesan:
مَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَلاَلاً مُبَاهِيًا مُكَاثِرًا مُفَاخِرًا مُرَائِيًا لَقِى اللهَ تَعَالَى وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانٌ
Barangsiapa mencari dunia (harta) yang halal untuk berlomba mengunggulkan diri, menumpuk harta, menyombongkan diri dan pamer maka dia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan Murka.
Sudah sering kita dengar pesan الدنيا مزرعة الأخرة dunia adalah ladang bagi akhirat, dunia adalah media untuk mendekat kepada Allah bukan untuk menjauhi atau menjadikannya tujuan utama. Kalau begitu mengapa harus korupsi? Bukankah yang halal saja perhitungan amalnya berat apalagi yang haram. Terus untuk apa mengorbankan akhirat demi dunia? Kiamat sudah dekat!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment