Wednesday, May 8, 2013
BEBERAPA KESALAHPAHAMAN
Kini kita sampai kepada suatu titik yang berhubungan
langsung dengan kesalahpahaman hari-hari tentang nubuatan
dalam Bible. Jika sekiranya tidak ada Tulisan-tulisan Nabi,
sudah tentu nampaknya bahwa janji-janji tentang pendudukan
negeri Kanaan adalah tanpa syarat. Tetapi, kita harus ingat
bahwa persetujuan hubungan antara Bani Israil dan Yehovah
menuntut kesetiaan dari rakyat, kejujuran perorangan dan
kelompok. Jika orang-orang gagal dalam segi-segi ini, masa
depan yang mengerikan menunggu mereka.
ULANGAN 28:15 "Tetapi akan jadi kelak, jikalau tiada kamu
mau dengar akan bunyi suara Tuhan Allahmu, supaya kamu
melakukan dengan yakin segala hukumnya dan undang-undangnya,
yang kupesan kepadamu sekarang, maka sela kutuk ini akan
datang atas kamu dan akan terkena kepadamu ... 64: Maka
Tuhan pun akan mencerai-beraikan kamu di antara segala
bangsa, dari pada hujung bumi datang kepada hujungnya, maka
di sana biarlah kamu berbuat bakti kepada berhala, yang
tiada dikenal dahulu oleh kamu atau oleh nenek-moyangmu pun
tidak, yaitu yang dari pada kayu atau batu. 65: Maka di
antara bangsa-bangsa itu kamu pun tiada akan senang, dan
tiada akan ada perhentian bagi tapak kakimu, karena di sana
Tuhan akan memberi kepadamu hati yang gemetar selalu dan
mata bilis dan duka-cita. 66: Maka nyawamu akan bergantung
pada rambut sehelai di hadapanmu ..."
Bagi setiap peneliti kebenaran yang jujur, nyatalah bahwa
janji-janji bersyarat kepada para nenek-moyang, telah batal
karena murtadnya bangsa Israel. Dan ketika Assyria
memindahkan penduduk Sumaria, dan Babilonia penduduk Yudah,
para Nabi sadar bahwa malapetaka-malapetaka ini adalah suatu
hukuman patut dari keadilan Tuhan atas "kamu yang ingkar dan
yang babil" (RUM 10:21).
Tetapi, para pemimpin Bani Israel mengajar bahwa suatu sisa
akan kembali, dan akan membangun kembali Heikal dan
penghidupan jemaah menurut syariat. Mereka menanti suatu
saat apabila dunia akan berisi marifat Ilahi. Terlalu sering
kita lupa bahwa orang-orang ini adalah penyair-penyair yang
diilhami dengan mencampur-baurkan antara hal-hal yang
praktis (seperti Kembali dari Pembuangan di Babilonia)
dengan khayalan akan padang pasir yang ditumbuhi bunga
mawar, singa yang berbaring dengan seekor anak domba,
tentara yang menempa pedangnya menjadi alat penuai dan
menjauhkan diri untuk selama-lamanya dari peperangan dan
sebagainya. Yang praktis menjadi kenyataan, tetapi yang
khayal tetap merupakan khayalan belaka.
Sebab kenyataan bahwa segala-galanya yang diinginkan orang,
tidak terlaksana dalam pendudukan Yahudi di Palestina, maka
ada suatu kecenderungan untuk menafsirkan bukan saja
sabda-sabda para Nabi tentang eskatologi (seperti mati,
akhirat), tapi juga nubuat-nubuat yang praktis dan soal-soal
politik ("the practical and political prophecies"),
seolah-olah akan terpenuhi pada suatu waktu kelak di
kemudian hari.
Begitulah masih berharap kawan-kawan kita akan seribu tahun
kerajaan Tuhan dan akan kejadian-kejadian pada akhir zaman
(our millenarian and futurist friends) apabila semua Yahudi
dapat dikembalikan ke Palestina dan membentuk satu negara.
Zaman Keemasan secara ajaib akan serta-merta timbul di bumi.
Tetapi pandangan demikian merupakan suatu pemutarbalikkan
dari nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama yang meramalkan
pemulangan dari Babilonia, di mana orang-orang Yahudi telah
dibuang. Nubuat-nubuat ini telah terpenuhi. Setelah 70 tahun
orang-orang Yahudi kembali dari Babilonia ke Palestina, dan
mereka membangun kembali Heikal. Untuk masa yang pendek
mereka memperoleh kemerdekaan politik di bawah Makkabe.
Jadi, nubuat-nubuat tentang Kembali sudah dipenuhi, dan
tidak mungkin masih ada lagi yang harus dipenuhi.
Tidak ada suatu apapun dalam Bible tentang "kembali" yang
lain, kecuali seseorang Yahudi yang ingin menerima Yesus
Kristus sebagai Mesiah-nya. Apakah tidak mengherankan jika
setiap Yahudi percaya akan Yesus? (I KORINTUS 12: 13)
Sebagaimana kekhasan Israel kuna dengan hari-hari
keramatnya, kurban-kurbannya, pemimpin-pemimpin agamanya dan
Heikal, begitu pula negaranya hanya merupakan suatu bentuk.
Bentuk adalah suatu peraturan sementara dan harus diganti
dengan bentuk negara yang lain (antitype). Negara Palestina
konon adalah suatu contoh (type) dari tempat tinggal kita di
surga dan abadi; demikianlah Israel kuna memberi jalan pada
pembahasan bentuk dari Kerajaan Tuhan nan abadi.Sumber.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment