Antara tahun 1700 sampai dengan 1550 S.M. negeri Mesir dikuasai oleh anak suku HYKSOS, yang juga dikenal dengan gelaran "Raja-raja Padang Pasir" atau "Raja-raja Gembala." Anak suku Hyksos ini masuk dalam golongan ARIBA MUTARRIBA yang berbahasa Aramiya dengan dialek Kanaanit. Ketika musim kemarau yang terlampau lama melanda Kanaan, dua atau lebih dari anak suku keturunan Ya'kub diizinkan oleh Raja Hyksos untuk berhijrah ke delta sungai Nil (GOSYEN) yang subur. Tidak mustahil bahwa kebaikan dari Raja Hyksos ini adalah karena mereka sama-sama berasal dari Kanaan. Tetapi ketika pada tahun 1550 S.M. timbul suatu pemberontakan yang berhasil menggulingkan dinasti Hyksos, seraya mengusir kaum Hyksos dari Mesir, maka saat itu dicatat sebagai permulaan masa penderitaan bagi keturunan dari suku-suku Bani Israel. Walaupun keturunan suku-suku Bani Israel hidupnya ekslusif, namun setelah mereka berdiam selama lebih kurang 500 tahun di Gosyen, Mesir, maka bersatu-padulah (SYNCRETISME) dalam banyak hal. Seperti nama-nama khas Mesir untuk nama perorangan, percampuran adat-istiadat dan bahasa, hingga boleh dikatakan terlupalah dialek asalnya, yakni dialek Kanaanit. Pada masa itulah Nabi Musa dilahirkan. Ia dipungut dari kali NIL oleh seorang Puteri Firaun, kemudian diangkatnya sebagai anak. Dengan demikian ia (Musa) dibesarkan, dididik dan diajar di istana Fir'aun Rameses II. Sudah barang tentu Nabi Musa terpengaruh oleh alam lingkungan istana. Tidak diragukan lagi bahwa ia berfikir dan berbicara dalam bahasa Koptik Kuna dan menulis dengan aksara hieroglyphe. Sumber. | |
Wednesday, May 8, 2013
EMIGRASI DARI SEMENANJUNG ARAB KE MESIR
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment