Hampir semua pelajar tentang Bible (Al-kitab) mengetahui
bahwa pohon tin (Fig Tree) itu adalah lambang Ummat Yahudi,
bukannya Bani Israel. Marilah kita periksa hal ini dalam
Bible, di mana Yesus mengutuk di Kitab-kitab MATIUS 21:18-19
dan di MARKUS 11:12-14, 20-21 ketika Beliau berkata:
"Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya."
Dalam MATIUS 21:43 Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi:
"Sebab itu Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan
diambil dari padamu, dan diberikan kepada suatu bangsa yang
menghasilkan buahnya." Palestina (Israel) yang kini diduduki
Yahudi harus pindah tangan ke bangsa lain yang menghasilkan
buah baik (bangsa Arab dari tahun 637-1967).
Orang yang tak terpelajar menyalahgunakan MATIUS 24:32-33
"Ambillah ibaratnya dari pada pohon ara: pada ketika
cabangnya lembut dan daunnya bertunas, memang kamu ketahui,
bahwa musim panas hampir. Demikian juga kamu: pada masa kamu
nampak segala sesuatu itu jadi, ketahuilah olehmu, bahwa hal
itu sudah dekat di muka pintu."
Ternyata pohon ara (= tin) ini hanya berdaun tapi tidak
berbuah. Dari itu, hanya menghasilkan kejahatan; dan menurut
Yesus dalam MATIUS 7:18-20, "Setiap pohon yang tak memberi
buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
Sebab itu dari pada buahnya kamu akan mengenali dia."
"... tanah itu Aku punya ..." (Imamat 25:23) ... orang yang
lemah lembut hatinya itu akan mempusakai tanah itu kelak
(MAZMUR 37:11, MATIUS 5:5).
Marilah kita meneliti dengan singkat dakwaan bahwa
orang-orang Yahudilah pemilik Tanah Suci. Bagi seorang
pembaca Bible yang acuh tak acuh, mungkin kelihatannya
seolah-olah ada janji Tuhan untuk memberi suatu negeri bagi
suatu bangsa tertentu, beribu-ribu tahun yang silam, guna
dimilikinya untuk selama-lamanya. Jika benar hak itu ada,
hal ini harus dipelajari betul-betul. Marilah kita teliti
beberapa Tulisan Suci yang diketahui orang, dan yang telah
mempengaruhi secara mendalam khususnya kawan-kawan kita ahli
masa depan (futurist).
Untuk pertimbangan, ambillah tiga pertanyaan penting di
bawah ini, yakni:
1. Kepada siapa perjanjian itu diberikan?
2. Daerah mana sebenarnya yang dijanjikan itu? .... dan
3. Apakah janji itu tak dapat dibatalkan dan tanpa syarat?
I. Janji jelas mengenai Palestina kepada keturunan Ibrahim
yang diberikan di Sikhem (kini NABLUS) dalam KEJADIAN 12:7 -
"Tanah ini akan Kuanugerahkan kepada anak-cucumu." Kepada
Ibrahim yang sedang berdiri di atas sebuah bukit Bait-el
dikatakan: "seluruh tanah yang kamu lihat kepada kau Aku
akan berikan, dan kepada anak-buahmu untuk selama-lamanya."
KEJADIAN 15:18 ada lebih tegas "Aku telah memberi tanah itu
akan anak-buahmu, yaitu dari pada sungai Mesir sampai kepada
sungai besar, yaitu sungai Furat." Janji ini diulangi
kembali ke pada Ishak, dan kepada Yakub dalam ayat 28:13,14
- "maka tanah, tempat engkau berbaring atasnya, itu pun akan
kuberikan kepadamu dan kepada anak buahmu. Maka anak
buahmupun akan menjadi seperti debu tanah banyaknya dan
engkau pun akan merambah ke timur dan ke barat, ke utara dan
ke selatan, maka dalammu dan dalam benihmu segala bangsa di
bumi akan memperoleh berkat."
Ketika Ibrahim membuat suatu perjanjian dengan Tuhan tentang
khitan (sunat) dalam fasal 17:10, maka seluruh tanah Kanaan
dijanjikan kepadanya sebagai "milik yang abadi." Ada lagi
lain-lain yang dapat dikutip, tapi ini cukuplah untuk yang
dimaksud.
Kini umumnya diduga bahwa janji-janji tersebut dibuat untuk
orang-orang Yahudi, dan semata-mata untuk orang-orang Yahudi
saja. Tetapi hal itu bukan apa yang dikatakan dalam Bible.
Kata-kata "kepada benihmu" tak dapat dielakkan mencakup
bangsa-bangsa Arab yang juga merupakan keturunan Ibrahim
melalui Ismail.
Bahwa Ismail bin Ibrahim, moyangnya bangsa-bangsa Arab,
dapat memiliki negeri ini, dikuatkan dalam KEJADIAN 25:18.
Bangsa-bangsa Arab tetap memegang haknya tinggal di
semenanjung itu hingga hari ini, dan kenyataan ini saja
cukup mencegah Negara Zionist untuk memperoleh pengakuan
penuh sebagai suatu bangsa antara bangsa-bangsa modern.
Dibutuhkan penekanan luar biasa, melalui pemaksaan hukum
yang ekstrim, untuk membalikkan tujuan kini dari program
Zionist. Ramalan Nabi tentang kejadian-kejadian yang akan
datang pasti akan memenuhi apa yang Nabi Zakharia (Zakariya
a.s.) telah nubuatkan:
" ... dan mereka itu akan memandang kepadaku, yang telah
ditikamnya, dan mereka itu akan meratap akan dia, selaku
peratap akan anak laki-laki yang tunggal!" (ZAKHARIA 12:10).
Dalam WAHYU 1: 7, Yahya tetapkan waktunya: "Tengoklah, Ia
datang dengan awan, dan Ia akan kelihatan kepada tiap-tiap
mata, demikian juga kepada orang yang menikam Dia; maka
segala bangsa di dunia ini akan memandang Dia serta meratap.
Bahkan, Amin."
KEJADIAN mencatat bahwa Ibrahim adalah juga ayah dari banyak
suku-suku Arab Utara, dari gundiknya Keturah. Tak dapat
(disangkal bahwa kata-kata dalam KEJADIAN 21:10-13
membatalkan janji-janji tentang benih Ibrahim sebagai suatu
keseluruhan: (Sarah) berkata kepada Ibrahim: Nyahkanlah
sahaya perempuan ini serta dengan anaknya, karena anak
sahaya perempuan ini tiada boleh menjadi waris serta dengan
anakku Ishak itu. Maka kepada pemandangan Ibrahim kata ini
amat jahat adanya, oleh sebab anaknya itu. Tetapi firman
Allah kepada Ibrahim: "Janganlah jahat kepada pemandanganmu
barang yang telah dikatakan Sarah akan hal budak itu dan
akan hal sahayamu; dengarlah olehmu akan katanya, karena
dalam Ishaklah benihmu akan disebut. Maka anak sahayamu itu
pun akan kujadikan suatu bangsa, karena ia pun dari pada
benihmu.
Memang benar bahwa selanjutnya antara anak buah Ishak,
"bibit Ibrahim," mengambil arti Bani Israel; tetapi tidak
demikian pada mulanya, sebab keturunan Ismail berhak pula
disebut dan menganggap dirinya juga dari benih Ibrahim dalam
arti yang sebetulnya .
Lebih lagi, ketika perjanjian khitan dibuat dengan Ibrahim
(KEJADIAN 17) dan tanah Kanaan dijanjikan sebagai "milik
abadi" (yang dimaksud untuk jangka waktu lama), Ismaillah
yang dikhitan: Ishak pada waktu itu belum dilahirkan.
Dari studi yang ringkas ini tentang janji Tuhan bagi
keturunan sejati (kandung) dari Ibrahiln, kita melihat bahwa
janji yang pertama pasti mencakup anak buah Ismail; tetapi
kemudian di zaman Ishak dan Ya'kub janji itu diperkecil
kepada keturunan mereka, walaupun tidak dengan menyolok
mengeluarkan para misan (saudara sepupu) Arab mereka; dan
diketahui benar bahwa banyak orang-orang Arab mengiringi
Yusak dan Kaleb masuk ke Palestina ketika sebagian dari
negara tersebut diduduki.
II. Soal kedua mengenai beberapa luasnya ,'negara yang
dijanjikan', agak sulit ditentukan. Ada kata-kata yang
menyebutkan bahwa ,'negara ini mulai dari Sikhem (Nablus)
dan kemudian mencakup daerah dari "sungai di Mesir" sampai
ke kali Furat (di Iraq); dan fasal yang ketiga mengatakan
bahwa keturunan Ibrahim akan tersebar keempat penjuru angin.
Di sini sangat penting untuk diingat bahwa janji kekuasaan
dari Nil sampai Furat dibuat sebelum kelahiran Ismail dan
sebelum kelahiran Ishak, dan oleh karenanya daerah ini tak
dapat dianggap semata-mata milik bangsa lsrael, kecuali pada
masa kerajaan Soleiman yang singkat (I RAJA-RAJA 4:21);
sedangkan untuk masa beratus-ratus tahun daerah ini diduduki
oleh bangsa Arab.
Dari KEJADIAN 13:15 nyata bahwa Transyordania termasuk dalam
janji kepada Ibrahim, sebab dipandang dari bukit di Bethel;
tetapi janji itu sebelum kelahiran Ismail dan Ishak dan
karenanya tak dapat dikatakan bahwa di seberang sungai
Yordan adalah semata-mata untuk orang Israel.
Dalam ULANGAN, Musa berkata kepada Ummatnya bahwa mereka
harus pergi masuk dan menduduki daerah mulai dari Laut
Tengah di Barat sampai sungai Furat di Timur; dan dan Najeb
di Selatan sampai ke Libanon di Utara. Tetapi perintah ini
tak dapat dilaksanakan oleh Bani Israil. Mereka tidak mampu
merebut daerah pesisir yang dikuasai orang-orang Filistin,
dan mereka tidak pernah mampu memiliki pelabuhan-pelabuhan
atau daerah pedalaman Funisia (Phoenicia). Beberapa abad
kemudian di bawah pemerintahan Daud, mereka merebut
Damaskus, dan Daud membuat perjanjian persahabatan dengan
Hiram, raja dari Tyre, sehingga ketika Raja Soleiman
mengadakan upacara peresmian Haikal dihadiri oleh
utusan-utusan dari Utara (seperti dari kawasan Hama), dari
Selatan sampai sejauh El-Arisj pada masa sekarang ini.
Walaupun demikian, sebelum berakhirnya masa pemerintahan
Soleiman, banyak dari daerah kerajaan Daud sudah direbut
kembali oleh penguasa sebelumnya. Siapa saja yang telah
mempelajari sejarah lama, mengetahui tentang adanya
peperangan yang terus menerus sehingga pada akhirnya dari
kerajaan Yudea hanya tersisa daerah seluas beberapa ratus
mil persegi di sekitar kota Yerusalem (Antara lain Qudus);
dan ini pun kemudian dirampas oleh Babilonia kira-kira 600
tahun sebelum Kristus.
Pada akhirnya, apakah janji itu dapat diganggu-gugat? Ya,
demikianlah. Perhatikanlah bahwa dua dari ayat-ayat dikutip
di bawah: menggunakan kata-kata "untuk selamanya" dan
"abadi." Kedua kata ini adalah saduran dari aselinya dalam
logat Ibrani. Kata Ibrani "olam" artinya "waktu lama"
"tumpukan kotoran dulu," "pintu gerbang dulu," "semenjak
dulu," dan semua istilah yang senada diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan "untuk selamanya" atau "abadi."
Misalnya, ahli MAZMUR (psalmist) berkata: "Saya akan
bernyanyi untuk selama lamanya," suatu istilah yang oleh
seorang ahli penafsir dari Tulisan Suci sekali pun sukar
membayangkan maksud arti kata itu dengan sebenarnya.
Ringkasnya, dari hal-hal yang telah dikemukakan di atas,
orang terpaksa menarik kesimpulan bahwa negara Palestina
pada mulanya tidak hanya dijanjikan kepada orang-orang
Yahudi semata-mata, dan bahwa janji pertama adalah tidak
mutlak ("negeri ini "3 dan kemudian diperluas mencakup Trans
Yordania, Syria, Libanon, dan daerah penggembalaan sampai ke
Furat. Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tidak pernah ada
suatu janji tanpa syarat tentang milik abadi, walaupun
dengan maksud jangka panjang yang tidak terbatas.[7]
Sumber.
No comments:
Post a Comment