Wednesday, May 8, 2013

KHOTBAH YESUS DI BUKIT

Khotbah Yesus di bukit merupakan rumusan ajaran Yesus.   Ada dua saduran dari tabligh ini, satu di Kitab Injil karangan Matius dan yang satu lagi di Kitab Injil karangan Lukas. Kedua saduran ini tidak sama. Periksa dan bandingkanlah MATIUS 5, 6 dan 7 dan LUKAS 6: 17 - 49.   Sebagaimana diketahui Yesus berbahasa Aramea, dan naskah ajarannya dalam bahasa ini sudah tidak ada lagi, dan menurut para sarjana tidak mungkin ditemukan lagi. Dapat dikatakan bahwa naskah itu adalah Injil Yesus yang asli, yang tersimpan oleh saudaranya se-ibu, Yakub, Ketua Jemaat, di mihrab Mesjid Al-Aqsa di Yerusalem. Pada tahun 62 Yakub terbunuh atas perintah Ananas, Imam Besar Yahudi. Pemberontakan (67-70) melawan orang Romawi berakhir dengan dibumi-ratakannya Yerusalem.   Perlu ditekankan bahwa pengikut sejati dari ajaran Yesus ini adalah dari pada Bani Israil (Yahudi). Mereka dinamakan "Nazoreans (Nazarenes, Nasarah)" taat kepada syari'at Nabi Musa a.s., percaya bahwa Yesus, putera gadis Mariam a.s., adalah Al-Masih. Mereka merupakan suatu jemaat, suatu sekte tasawuf yang mirip sekali, menurut hasil penyelidikan Dead Sea Scrolls, dengan tarekat kaum Essi. Mereka tidak bergereja dan bukan Kristen, bahkan dikafirkan kemudian oleh kaum mualaf Nasrani yang mendewakan Yesus laksana "Penebus Dosa."   Kitab Injil yang katanya, karena tiada bukti, karangan Matius tersiar kira-kira pada tahun 79. Matius (Ibrani: Mattihyah; artinya "anugerah Ilahi"), putera dari Alpius, seorang Yahudi yang berbahasa Aramea (semula pemungut cukai dari Kapernaum) adalah hawari (discipel) dari Yesus. Autograph dalam bahasa Aramea dari karangannya yang kemudian disebut Injil, tidak ada lagi. Hanya ada codices dalam bahasa Griek-Koine, yaitu bahasa Yunani sehari-hari, salinan-salinan dari yang lain-lainnya.   Tidak diketahui siapa penterjemahnya dan para penyalinnya.   Adapun Kitab Injil yang katanya, juga tiada bukti, karangan Lukas ini tersiar kira-kira antara tahun 145 - 155. Lukas, seorang Griek mualaf yang tidak berbahasa Aramea, adalah dukun dan teman jalan dari Paulus. Lukas tidak kenal Yesus. Autograph dari tulisannya yang kemudian disebut Injil, pun tidak ada. Hanya terdapat salinan-salinan dari salinan-salinan yang berlain-lainan. Siapa para penyalinnya tidak diketahui pula   Dari kedua saduran tersebut dapat dinilai betapa tingginya ajaran akhlak dari Yesus.   Perlu kiranya diterangkan di sini bahwa menurut segala kamus, Tuhan adalah God dan Heer adalah Tuan. Dalam Bijbel naskah Belanda dan Inggris disebut Heer dan Lord, akan tetapi dalam naskah Indonesia diterjemahkannya Heer, Lord dengan Tuhan; hingga bila diterjemahkan kembali menjadi God; hal mana menyesatkan pembaca dan meng-ilahkan Yesus. Tidak disebutnya God Jezus, tetapi Heer Jezus, yaitu Sayidina (Tuan Kami) Isa. Jelaslah pula dengan kata Bapaku dan Bapamu dimaksudnya Allah, tanpa perbedaan antara kedua Bapa itu. Yesus sendiri menyebut dirinya Anak Manusia. Ketahuilah bahwa dalam bahasa-bahasa Semit, tidak dikenal huruf besar, huruf kapital (hoofdletter)   Pendeta Dr. A.P. Davies menguatkan apa yang tersebut di atas di dalam bukunya "The First Christian" pada halaman 128, begini: "Menurut pendapat banyak scholar, satu dari pada sebab-sebab yang utama dari perubahan status Yesus, dari Masih Yahudi hingga menjadi Pembebas alam-dunia, terletak pada penggunaan istilah "Lord." Dalam bahasa Ibrani kata ADONAI cuma berarti Yehovah, Tuhan yang Satu dan yang Satu-satunya, dan Yesus tidak mungkin disebut Lord. Dalam bahasa Aramea (MARAN) sudah mulai ada suatu perubahan. Para dewa pembebas Suria adalah "lords." Dalam bahasa Yunani (KURIOS), kata ini pasti mempersamakan Yesus dengan seorang dewa - pembebas seperti lord-lord lain dari agama-agama mystery. Bukannya kata "kurios" diperuntukkan khas guna maksud ini. Kata "kurios" dapat dipersamakan dengan kata "sir" dalam bahasa Inggris. Tetapi kalau kata itu digunakan tentang Caesar atau tentang seorang dewa pembebas, maknanya menjadi agung. Kata itu tentu dapat dipakai tentang Yesus dalam arti yang lebih tinggi sesudah ia ditablighkan kepada orang; kalau tidak Yesus akan lebih direndahkan dan pada kedudukan dewa-dewa Attis, Tammuz atau Osiris. Sesudah kata itu dipakai bagi Yesus, maka beliau, tidak mungkin lain, memperoleh beberapa tabiat dari para dewa-pembebas.   Ide tentang pembebas sebagai Putera Tuhan sudah ada beberapa abad sebelum Paulus, pada agama Hellenic (Griek Kuna), pada Gnosticism, pada gerakan Hermetic. Concept Ibunda Tuhan yang kini dihubungkan dengan Maria, Ibu dari Yesus, telah jauh berkembang pada dewi Isis, Cybele dan banyak lagi "mater dolorosas" lain.   Dodd dalam studinya yang tersohor tentang istilah-istilah dalam bahasa Ibrani dan Yunani dari Wasiat Lama, memeriksa kata-kata seperti 'God," 'Law," "Sin," "Atonement," "Faith," dan memperlihatkan bagaimana maknanya berubah kalau Ibrani diganti dengan Yunani.




Sumber.

No comments:

Post a Comment