Wednesday, May 8, 2013

SEPULUH FIRMAN (DECALOGUE) DAN TAURAT

Akhirnya  pada  tahun 1230 S.M. Firaun Merneptah mengizinkan
Bani Israel, di bawah pimpinan Nabi Musa a.s.  dan  kakaknya
Nabi  Harun  a.s.,  ke  luar meninggalkan Mesir. Oleh karena
Nabi Musa memang berfikir dan berbicara dalam bahasa  Koptik
Kuna, dengan demikian tidak mahir menguasai bahasa awam Bani
Israel, maka atas dasar itulah ia dibantu  oleh  Nabi  Harun
yang   berbicara   logat  awam  untuk  mendampinginya  dalam
memimpin Bani Israel ini. Pada tahun itulah, kedua loh  yang
berisi  kesepuluh  firman  diwahyukan  kepada Musa selama 40
hari di puncak gunung Sinai.
         
Menjadi pertanyaan yang besar sekali, apakah kedua loh  yang
berisikan  Kesepuluh  Firman itu ditulis dalam bahasa Ibrani
sebagaimana diaku-aku? Atas  dasar  analisa  di  atas,  maka
tiada  sangsi  lagi  bahwa kedua loh itu sudah pasti ditulis
dalam  bahasa  Koptik   Kuna   dengan   menggunakan   aksara
hieroglype  dan  bukannya dalam bahasa dan huruf Ibrani yang
memang tidak pernah ada. Pengakuan para theolog Nasara  yang
menyatakan  bahwa  kedua  loh  batu yang aseli dan Nabi Musa
tidak akan diketemukan, kiranya  memperkuat  argumentasi  di
atas tadi.
         
Nasib  kedua  loh  yang  mengandung  Kesepuluh  Firman  yang
tersurat dalam  Torah  turut  dibumi-ratakan  dengan  Heikal
Suleiman,  di  mana  Torah  itu  disimpan di mihrabnya, oleh
tentara Raja Bukhtanasr pada tahun 586 SM.
         
Kemudian, kira-kira antara tahun 458-444 S.M., Kelima  Kitab
Nabi  Musa a.s. disusun kembali apa yang teringat oleh Uzair
(EZRA) dalam dialek Kildani. Salinan inilah yang disimpan di
mihrab   Heikal   Suleiman   yang   dibangun   kembali  oleh
Zerubbabel. Oleh karena pada masa-masa  itu  orang-orang  di
Yerusalem  sudah  tidak  mengerti  lagi dialek Kildani, maka
senantiasa didampingi oleh seorang penterjemah (TARGUM  atau
TARJUM)  untuk  menterjemahkannya  ke  dialek Kanaanit, satu
suku bahasa Aramiya. Nasib  dari  Torah  yang  disusun  oleh
Uzair  pun tidak mujur. Pada tahun 63 S.M. Panglima Pompeyus
dari Kekaisaran Romawi merebut Yerusalem. Ketika pada  tahun
70 S.M. timbul pemberontakan terhadap kekuasaan Romawi, maka
Panglima Titus, putera  Kaisar  Verpasianus,  membumiratakan
kembali Yerusalem serta membakar habis Heikel Suleiman serta
perpustakaan-sucinya,  termasuk  di  antaranya  Kitab   Suci
tulisan Ezra.Sumber.

No comments:

Post a Comment