Tuesday, May 7, 2013

MUHAMMAD: UTUSAN ALLAH

Al-Quran dan Muhammad memberikan sumber dan  bimbingan  suci
bagi  pembangunan  agama  baik  di  masa lalu maupun di masa
sekarang. Kalau  para  pengikut  Muhammad  berpaling  kepada
Muhammad   pada  masa  hidupnya,  pada  masa  sekarang  pun,
orang-orang  Muslim  yang  taat  di  seluruh  penjuru  dunia
berpegang   pada   wahyu   dan   ajaran-ajaran  Rasul  dalam
mengarahkan hidup mereka.
 
Dilahirkan di Arab (kasarnya,  sekarang,  Arab  Saudi)  pada
tahun  570 Masehi, Muhammad ibn Abdullah (570-632) mempunyai
pengalaman agamais yang sangat dalam pada usia  empat  puluh
tahun,  yang  mengubah  dirinya  dan  mewujudkan  umat  yang
kira-kira empat belas tahun kemudian menjadi agama  terbesar
kedua   di  dunia,  dan  mempunyai  pemeluk  yang  berjumlah
kira-kira satu milyar orang. Dibandingkan dengan  kebanyakan
nabi   atau   pendiri  tradisi  agama  besar  lainnya,  yang
kehidupannya tak terekam dalam sejarah,  kehidupan  Muhammad
saw.,  Al-Quran dan hadis Nabi banyak dicatat dalam sejarah,
dan sebuah biografi awal yang ditulis oleh Ibn Ishaq  (wafat
sekitar  768).[1] Bagaimanapun juga  kita mengetahui sedikit
tentang kehidupan Muhammad. Ia yatim sejak masa kanak-kanak,
dan   dibesarkan   oleh  sanak  keluarganya.  Sejarah  Islam
menceritakan bahwa ketika berusia 25 tahun,  beliau  menikah
dengan  seorang  janda  kaya.  Khadijah adalah pemilik suatu
kafilah yang dikelola Muhammad. Ia berusia lima belas  tahun
lebih  tua daripada Muhammad. Karena cenderung kepada agama,
Muhammad sering menyepi di suatu  tempat  yang  sunyi  untuk
berpikir  dan  merenung.  Pada tahun 610 di suatu malam yang
diperingati  oleh  kaum  Muslim  sebagai   Malam   Kemuliaan
(Laylatul-Qadar), Muhammad pemimpin kafilah menjadi Muhammad
Rasul Allah, yang menerima wahyu  pertama  melalui  Malaikat
Jibril:   "Bacalah,   dengan   Nama   Tuhanmu   yang   telah
menciptakan,  menciptakan  manusia  dari   segumpal   darah.
Bacalah!  Tuhanmu  Yang  Maha  Pemurah! Yang mengajar dengan
Kalam, mengajar manusia apa yang  tidak  diketahuinya!"  (QS
96:  1-5).  Wahyu  yang turun antara tahun 610 sampai dengan
632, dikumpulkan dan ditulis kembali  setelah  ia  meninggal
dunia dan menjadi Kitab Suci umat Islam, Al-Quran.
 
Sejarah  Islam menggambarkan seorang Rasul yang pada mulanya
bingung dan cemas yang, seperti rasul-rasul dalam kitab suci
Yahudi, bingung karena apa yang dialaminya, cemas akan sikap
orang-orang  lain  yang  akan  menerima  ajarannya.  Seperti
ditunjukkan  dalam  sejarah nabi, orang-orang yang dikatakan
sebagai pemberi peringatan atau utusan Tuhan tidak mengalami
kehidupan   yang  menyenangkan.  Para  rasul  yang  mengutuk
penyelewengan  dan   kekafiran   masyarakatnya,   dan   yang
menentang   kebudayaan   yang  ada,  seringkali  mendapatkan
ejekan,  penolakan  dan  pengejaran.  Muhammad   pun   tidak
terkecuali.
 
Selama  sepuluh  tahun, ia berdakwah menyampaikan misi agama
dan  perbaikan  sosial  di  Makkah.  Muhammad  dan  Al-Quran
menyatakan keesaan Tuhan, menolak politeisme yang terjadi di
Arab, dan  melarang  ketidakadilan  sosial.  Muhammad  tidak
mengatakan   bahwa   ia  membawa  agama  baru  tetapi  hanya
memurnikan dan mengembalikan agama yang dibawa Nabi Ibrahim.
Misinya  adalah memperbaiki dan meluruskan kembali umat yang
menyeleweng. Seperti  Amos  dan  Jeremiah  sebelum  dirinya,
Muhammad   adalah   utusan  Allah  yang  mengutuk  kekafiran
masyarakatnya dan mengimbau agar  orang  memohon  ampun  dan
patuh   kepada   Allah,   karena   Hari   Akhir  itu  dekat:
"Katatanlah: 'Hai manusia, sesungguhnya aku  adalah  seorang
memberi,  peringatan  yang nyata kepadamu.' Maka orang-orang
yang beriman dan  mengerjakan  amal-amal  yang  saleh,  bagi
mereka ampunan dan rezeki yang mulia." (QS 22:49-50).
Muhammad  menyeru  kepada  masyarakat Makkah untuk menyembah
Tuhan   Yang   Satu    dan    membuang    kepercayaan    dan
perbuatan-perbuatan  yang  bersilat politeistis. Negeri Arab
tak asing terhadap monoteisme. Namun, ketika ada  masyarakat
Yahudi  atau  Kristen yang bercampur dengan orang-orang Arab
asli   yang   menganut   monoteisme   (orang-orang   Hanif),
serangkaian   panjang  Tuhan  mendominasi  masyarakat  Arab.
Muhammad  mengajak  orang  kembali  kepada  agama   Ibrahim:
percaya  kepada  Tuhan  Yang  Esa,  Yang  Menciptakan,  Yang
Memberi rezeki dan Yang Mengadili  seluruh  dunia.  Muhammad
dengan   Al-Qurannya   mengajarkan   bahwa   manusia  diberi
perhitungan dan mereka semua akan diadili  dan  akhirnya  di
Hari Pengadilan diberi pahala atau hukuman sesuai dengan apa
yang mereka perbuat. Panggilan Islam adalah panggilan  untuk
berpaling  dari  jalan  kekafiran  dan kembali ke jalan yang
benar (Syari'ah) atau Hukum Tuhan.  Kembali  ke  jalan  yang
benar  ini berarti menjadi anggota umat yang menyembah Tuhan
sebenarnya, Yang Maha Esa, yang  melaksanakan  kehendak-Nya,
yang menciptakan suatu umat bermoral benar.
 
Pesan  Al-Quran  bukan  hanya merupakan perintah agama saja,
tetapi  juga  merupakan  suatu  tantangan  terhadap  politik
sosial  yang  ada.  Makkah  bukan  hanya  pusat ibadah hati,
tetapi juga  merupakan  pusat  perdagangan,  yang  mengalami
perubahan dari masyarakat suku yang semi-Badui ke masyarakat
dagang urban. Al-Quran mengajarkan kepatuhan terhadap  Tuhan
dan  RasulNya,  persaudaraan  antar  sesama  umat,  berzakat
kepada  orang-orang  miskin  dan  berjuang  (jihad)  melawan
penindasan.    Al-Quran    mengutuk   eksploitasi   terhadap
orang-orang  miskin,  anak-anak  yatim  serta  kaum  wanita;
melarang   penyelewengan,  penipuan,  berbohong,  mengadakan
perjanjian  palsu  dalam  perdagangan,  menghambur-hamburkan
kekayaan  dan  bersikap  sombong.  Al-Quran juga menjanjikan
hukuman yang berat terhadap  perbuatan  memfitnah,  mencuri,
membunuh,  penggunaan racun, berjudi dan berzina. Pernyataan
Muhammad  bahwa  dirinya   nabi,   penentangannya   terhadap
ketidakadilan  dalam  masyarakat  Makkah,  dan  penegasannya
bahwa semua orang  yang  beriman  merupakan  satu  komunitas
universal,    meruntuhkan    wewenang    politik   kesukuan.
Penolakannya  terhadap  politeisme   benar-benar   mengancam
kepentingan  ekonomi penduduk Makkah yang mengontrol Ka'bah,
rumah suci yang menjadi tempat patung-patung sesembahan suku
dan   merupakan  tempat  dilakukannya  ibadah  haji  setahun
sekali, sumber prestise dan pendapatan keagamaan  masyarakat
Makkah.
 
Setelah  sepuluh tahun, Muhammad merasakan keberhasilan yang
terbatas.  Jika  diukur  dengan  standar  duniawi  ia  dapat
dikatakan  gagal.  Walaupun  dilindungi  oleh  pamannya yang
berpengaruh, Abu Thalib, dan oleh keluarganya, Bani  Hasyim,
ia  sendiri  kurang  berkuasa  dan berwibawa untuk mengatasi
penentangan luas dari kaum aristokrat Makkah, yang  dipimpin
oleh kaum Quraisy, golongan pedagang yang dominan di Makkah.
Pada tahun  619,  dengan  wafatnya  sang  paman  dan  istri,
Muhammad   kehilangan   pilar-pilar   yang   mendukung   dan
melindunginya, dan menjadi semakin  sendiri  dan  menderita.
Kelompok pengikutnya yang hanya sedikit jumlahnya, satu demi
satu  dibunuh  oleh  orang-orang  Makkah,  yang   menganggap
kerasulan  dan  pembaharuan  yang  dilakukan  oleh Muhammad,
dengan  kecaman-kecamannya  yang  tidak  langsung   terhadap
status  quo  politik  dan  sosial ekonomi, sebagai tantangan
terhadap  kepemimpinan  dan   kepentingan   mereka.   Dengan
alasan-alasan  inilah  ketika ia diundang oleh para pemimpin
di kota terdekat,  Madinah,  sebuah  kota  oasis  pertanian,
untuk bertindak sebagai pemimpin di sana, ia dan kelompoknya
segera  berhijrah  pada  tahun  622  dan  mendirikan  sebuah
masyarakat Islam (ummah) yang pertama di tempat itu.

Sumber.

ANCAMAN ISLAM Mitos atau Realitas? (The Islamic Threat: Myth or reality?) John L. Esposito Penerbit Mizan Jln. Yodkali 16, Bandung 40124 Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038
 

No comments:

Post a Comment